Karya-karyanya yang melegenda dan mendunia berhasil dicintai banyak orang dan membawa banyak penghargaan.
Sebagai seorang penyair besar, Sapardi Djoko Damono kerap membuat banyak orang kagum. Tak sedikit tulisan dari Sapardi Djoko Damono yang puitis dan penuh makna dijadikan quotes.
Begitu juga dengan quotesnya yang populer bagi masyarakat. Berikut Ruangdasar.com rangkum 20 quotes populer Sapardi Djoko Damono.
1. Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono
- "Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa. Tapi, yang fana adalah waktu, bukan? tanyamu. Kita abadi."
- "Tuhan merawat segala yang kita kenal dan juga yang tidak."
- "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu."
- "Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput."
- "Dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya."
- "MencintaiMu harus menjadi aku."
- "Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang."
- "Cemaskan aku kalau nanti air hening kembali."
- "Ia telah meletakkan hidupnya di antara tanda petik."
- "Kita pun menyanyi selepas-lepasnya, sepasang kekasih yang tuli dan buta."
2. Kata-kata Puitis Sapardi Djoko Damono
- "Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu."
- "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikan tiada."
- "Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas."
- "Aku musafir yang sedang mencari air, kamu sungai yang melata di bawah padang pasir."
- "Kesepian adalah benang-benang halus ulat sutera yang perlahan-lahan, lembar demi lembar mengurus orang sehingga ulat yang ada di dalamnya ingin segera melepaskan diri menjadi kupu-kupu."
- "Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi. Tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri."
- "Kita tak akan pernah bertemu; Aku dalam dirimu. Tiadakah pilihan Kecuali di situ? Kau terpencil dalam diriku."
- "Lepaskan semua dari pikiranmu garis warna-warni yang silang-menyilang di benakmu itu."
- "Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni, dibiarkannya yang tak terucapkan, diserap akar pohon bunga itu."
- "Aku tidak punya hak memilihkan calon istri untukmu. Pilihan penuh ada di tanganmu."
Kontributor: Hariman
Posting Komentar
Posting Komentar