Kognitif/Kepintaran akademik hanya salah satu dari banyak sensasi untuk menggapai titik bahagia dan hanya bersifat pribadi, tak jarang melahirkan keangkuhan, egosentris dan menjadikan seseorang menjadi individualis terperangkap dalam persaingan, terpacu oleh sistem kompetisi peringkat dalam ruang akademik. Sehingga sering kali menciptakan satu jarak dengan keterhubungan sosial.
Saya memiliki teman yang secara akademis dia berprestasi, selalu mendapatkan nilai tinggi dalam pembelajaran di sekolah. Namun ketika dihadapkan dengan praksis kehidupan sosial, dia seakan terpisahkan oleh jarak.
Seorang yang pintar secara akademik juga perlu mengerti bahwa dalam dirinya; sebagai manusia selalu ada dorongan yang kuat tentang keterhubungan dengan orang lain, ada rasa dan kehampaan dalam menjalani kehidupannya jika tanpa hadirnya satu hubungan sosial, tanpa adanya interaksi dengan orang lain.
Rasa kemanusiaan terletak pada perasaan manusia, Itu kenapa pintar dalam akademik atau secara intelektual, tidak menentukan suatu jalinan hubungan yang baik secara sosial, baik dalam keluarga atau pergaulan lingkungan.
Frustasi, Kecemasan, Ketidakpercayaan timbul dalam sifat kaku yang dibangun hanya berlandaskan pada kepintaran kognitif saja.
Pintar juga tidak sepenuhnya menentukan kesuksesan seseorang karena terlalu banyak masalah dan absruditas dalam kenyataan beberapa contohnya adalah sistem, kelas sosial dan relasi.
Jika dikaitkan dengan hubungan persahabatan dan asmara. Banyak yang pintar dalam aspek kognitif akademik namun absurd dalam membina hubungan. perceraian terjadi, konflik antar pribadi dan ketidakhadiran keterampilan-keterampilan interpersonal, kecerdasan emosional menjadi masalah yang menjadikan seseorang kadang tak bisa mengontrol sikap ego dan tendensius.
Yang penting untuk di ketahui, bahwa Nila-nilai tinggi manusia adalah kerjasama, kepercayaan, harapan, pengorbanan, kasih sayang dan pastinya kebahagiaan, yang tidak bisa dilakukan sendirian
Saya memiliki teman yang secara akademis dia berprestasi, selalu mendapatkan nilai tinggi dalam pembelajaran di sekolah. Namun ketika dihadapkan dengan praksis kehidupan sosial, dia seakan terpisahkan oleh jarak.
Seorang yang pintar secara akademik juga perlu mengerti bahwa dalam dirinya; sebagai manusia selalu ada dorongan yang kuat tentang keterhubungan dengan orang lain, ada rasa dan kehampaan dalam menjalani kehidupannya jika tanpa hadirnya satu hubungan sosial, tanpa adanya interaksi dengan orang lain.
Rasa kemanusiaan terletak pada perasaan manusia, Itu kenapa pintar dalam akademik atau secara intelektual, tidak menentukan suatu jalinan hubungan yang baik secara sosial, baik dalam keluarga atau pergaulan lingkungan.
Frustasi, Kecemasan, Ketidakpercayaan timbul dalam sifat kaku yang dibangun hanya berlandaskan pada kepintaran kognitif saja.
Pintar juga tidak sepenuhnya menentukan kesuksesan seseorang karena terlalu banyak masalah dan absruditas dalam kenyataan beberapa contohnya adalah sistem, kelas sosial dan relasi.
Jika dikaitkan dengan hubungan persahabatan dan asmara. Banyak yang pintar dalam aspek kognitif akademik namun absurd dalam membina hubungan. perceraian terjadi, konflik antar pribadi dan ketidakhadiran keterampilan-keterampilan interpersonal, kecerdasan emosional menjadi masalah yang menjadikan seseorang kadang tak bisa mengontrol sikap ego dan tendensius.
Yang penting untuk di ketahui, bahwa Nila-nilai tinggi manusia adalah kerjasama, kepercayaan, harapan, pengorbanan, kasih sayang dan pastinya kebahagiaan, yang tidak bisa dilakukan sendirian
Kontributor: Hariman
Posting Komentar
Posting Komentar