Fashion; Konsumerisme, Pamerisme dan Kemalangan

Posting Komentar
Hal eksistensi atau keberadaan Manuisa dapat dilihat dari manifestasinya.
Kelekatan atas eksistensi meliputi Prilaku, estetika, bahasa dst. Namun ada satu hal yang harus di urai lagi yakni "Fashion."
 
Apa yang kamu pikirkan tentang Fashion?
Fashion telah lama menjadi bagian dari hidup manusia. Yang perlu diupayakan adalah menjadikan fashion sebagai alat untuk mengekspresikan substansi diri. Fashion adalah medium ekspresi sekaligus sebagai alat untuk menangkap esensi diri.
 
Di sisi lain fashion adalah simbol yang berkaitan dengan pribadi. Namun ketika masuk dalam dunia modern, fashion telah mengalami dilema, dimana fashion sudah menjadi komoditas industri untuk membuat kelas masyarakat, dan menstimulus  budaya konsumeris-pameris, menciptakan skat dan membuat kerdil akses sosial-kemanusiaan.
 
Fashion tidak lagi dapat dijadikan ukuran penciptaan suatu karakter, namun lebih pada pengungsian seseorang dari kebosanan-kehampaannya dan dirinya sendiri serta hasrat konsumsi, pamerisme dan ikut- ikuta. sehingga fashion kehilangan gayanya yang murni.
 
Hal paling menggelitik adalah "Brand", Brand adalah suatu produksi korporasi untuk mengatur pasar, pandangan dalam dimensi dangkal dan semu. Terciptalah manusia-manusia "Branded". Bukan, itu bukan aspek dari mengikuti jaman atau gengsi, melainkan kepolosan yang telah meninggalkan kesadaran atas nilai guna menjadi nilai gaya, menjadi korban pasar kapitalistik.
 
Dalam satu permasalahan, "Seorang wanita lebih mahal harga tasnya daripada harga dirinya sendiri" tak masuk akal bukan?
Fashion tak lagi menjadi ukuran karakter Seseorang, dilihat dari produksi kapitalis, sehingga masyarakat cenderung mengikuti suatu gaya yang musiman. 
 
Ketika korporasi memproduksi sebuah benda setiap orang terpikat dengan produk tersebut, tapi sayangnya bukan untuk mengejar kebergunaan, melainkan trend. Sekaligus menjadi beban psikologi masyarakat satu dimensi tersebut.
 
Karakter yang di punculkan hanyalah sebuah prilaku konsumtif-narsis? Untuk apa?
Gaya hidup? Bukan, tapi hasrat konsumeris dan pamerisme dan Kemalangan.

Kontributor: Hariman
RUANG DASAR
Official Account of Ruangdasar.com

Related Posts

Posting Komentar