​Berdamai Dengan Diri Sendiri

Posting Komentar
Suatu malam ketika pergantian musim, di bawah langit beralaskan tanah, merebahkan diri di alam semesta sembari memandang bulan dan bintang yang terkadang cahanya meredup bila awan melintasinya. Salah seorang temanku menceritakan kisahnya serta meluapkan rasa dan asa. Dia mengatakan "aku ingin meluapkan sesuatu, kuharap kalian mendengarkan kisah yang kutuliskan"

"Aku ingat ketika hujan pada malam hari itu, ketika berada di alam. Aku mengingat banyak hal, begitu nyata aku mengingat puan itu. Namun, aku tak pernah bisa mengingat cinta, ketika aku merasakannya."
 
Beberapa orang mengingatkanku tentang ini. Lelaki itu mengingatkanku tentang bunga edelweiss yang sering dianggap sebagai perlambang dari cinta, ketulusan, pengorbanan dan keabadian. cinta yang berawal sangat manis, tapi pengorbanan terlihat samar-samar, namun ketulusan benar-benar dari dalam hati, yang terus menuntun menuju keabadian, yang membuat ia menjadi langka terkhusus untuk tuan ini.
 
Lalu, ada seorang perempuan yang bertanya padaku perihal sosok puan itu. Aku pun mengatakan, "Haha, itu kepunyaanku. Jadi, ia milikku. Tapi, itu penyesalan bagiku. Karena, aku tidak pernah memiliki ia seutuhnya"

Dan akhirnya kuputuskan untuk menuliskan ini, sekeping kisah dari seorang tuan. Bukan untuk menarik perhatian puan itu, tapi sebagai tamparan serta pengingat untukku, bahwa "penyesalan selalu di akhir dan jangan pernah menyia-menyiakan orang yang sungguh-sungguh mencintaimu"

Malam ini, menjadikanku benar-benar rindu kepadamu, sekaligus menjadikanku sungguh-sungguh mengikhlaskanmu" ucap temanku sebagai pertanda akhir dari kisah yang ia tulis lalu ceritakan kepada kami.
 
Begitulah rasa dan jiwa, yang dia abadikan melalui tulisan yang dibuatnya, di persembahkan untuk puan itu. Lalu hatiku berbicara "Sebab, perjalanan kapal belum tentu tepat waktu sampai tujuan, ketika layar kapal berubah arah tak karuan, kemudi pun tak terkendalikan. Tapi, kapten tau apa yang harus dia lakukan."
 
Lalu kukatakan kepada temanku "maka, nikmatilah nuansa alam malam ini dengan damai. Tapi kalian harus ingat, semesta menyadarkan kita untuk tidak takut dengan kesendirian serta selalu baik ketika tetap mencintai diri sendiri, karena semuanya memang harus sendirian, bahkan kematian sekalipun."

Kontributor: Hariman
RUANG DASAR
Official Account of Ruangdasar.com

Related Posts

Posting Komentar